Sunday 20 December 2015

Cara menghadapi mahalnya Biaya pendidikan


seputar uang
setiap orang tua pasti menginginkan pendidikan setinggi mungkin bagi anak-anak. sama halnya dengan investasi, pendidikan sangat penting untuk masa depan anak. manfaatnya akan dirasakan suatu saat nanti tapi perlu dipersiapkan sejak dini. tahukah anda jika kenaikan biaya pendidikan jauh diatas inflasi? jangan kaget bila kenaikan biaya pendidikan bahkan mencapai 20% per tahun. semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin berat biayanya. pepatah mengatakan "tuntutlah ilmu hingga ke negeri china" ternyata ada benarnya juga, karena biarpun berat tetapi jika kita mampu raihlah setinggi dan sebaik mungkin.

bagi orang "beruang" , mungkin tidak terlalu ambil pusing. tetapi bagi yang berpenghasilan minim rasanya tidak realistis. bayangkan, menghadapi inflasi tahunan saja sudah sulit terutama kenaikan harga bahanpokok. ditambah biaya pendidikan, uang saku dll, totalnya "mencekik leher". memang dalam sistem pendidikan indonesia masih menyediakan beasiswa bagi yang tidak mampu atau yang berprestasi, namun porsi beasiswa relatif kecil dibandingkan total anak sekolah selain itu apakah kita mau mengandalkan beasiswa seterusnya tentunya kurang bijak. biar bagaimana pun tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. 

karena itulah perencanaan keuangan sangat penting dilakukan sejak dini, bahkan jika perlu ketika anak baru lahir kita sudah mempersiapkan dana pendidikannya supaya tidak berat di kemudian hari. maklum ,biaya sekolah cukup besar sejak jaman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, belum lagi kenaikannya.
sebagai orang tua kita harus memiliki gambaran, kira-kira dimanakah sekolah yang tepat untuk anak. apakah berada diluar kota, atau bahkan diluar negeri. lalu pertimbangkan pula jenis pendidikannya, karena beberapa program studi memang membutuhkan biaya lebih tinggi seperti kedokteran, teknik, sains dan seni. jika tujuan sekolahnya jauh seperti diluar kota atau luar negeri kita harus merencanakan dua hal sekaligus yaitu biaya pendidikan dan biaya hidup selama studi. salah satu instrumen insvestasi untuk mengcover biaya pendidikan adalah reksadana

masa taman kanak-kanak (TK)
umumnya saat berusia 4tahun anak mulai masuk TK. masa pendidikan 2 tahun terbilang cukup singkat, apalagi biasanya orang tua masih berusia relatif muda. anda perlu mempersiapkan biaya pendidikan setidaknya 2 tahun sebelum anak mulai masuk TK. biaya pendidikan TK yang relatif terjangkau, mungkin tidak memberatkan bagi keuangan kita. produk seperti deposito, ORI, atau reksadana pasar uang bisa menjadi pilihan. karena jangka waktunya yang pendek dan resikonya relatif kecil.

masa Sekolah dasar dan menengah
pada masa inilah biasanya orang tua mulai mengeluh biaya pendidikan. maklum periode ini cukup panjang total jenderal mencapai 12 tahun (SD :6 tahun, SMP : 3 tahun, SMA : 3 tahun) apalagi bila usia kakak dan adik berdekatan, ditambah lagi masa produktif orang tua mulai berkurang. namun, karena periode panjang itulah harusnya kita bisa mempersiapkannya lebih awal. misalnya anak anda masuk SD selama 6 tahun, anda bisa mengkombinasikan antara reksadana pendapatan tetap, deposito dan reksadana saham.

mari kita simulasikan rencana investasi :

Sekolah Dasar
1 sd :  50% reksadana saham, 30% reksadana pendapatan tetap,    20% deposito
2 sd  : 40% reksadana saham, 40 % reksadana pendapatan tetap,  20 % deposito
3 sd  : 30 % reksadana saham, 40 % reksadana pendapatan tetap, 30 % deposito
4 sd  : 20 % reksadana saham, 40 % reksadana pendapatan tetap, 40 % deposito
5 sd  : 10 % reksadana saham, 50 % reksadana pendapatan tetap, 40 % deposito
6 sd  : 0 % reksadana saham, 50 % reksadana pendapatan tetap,   50 % deposito

biaya pendidikan SD tergolong masih wajar, kita tidak perlu agresif dengan memperbanyak instrumen beresiko tinggi seperti reksadana saham. karena itu komposisi diatas lebih banyak instrumen investasi moderat seperti reksadana pendapatan tetap dan deposito. anda juga bisa mengganti deposito dengan reksadana pasar uang,karena nominal deposito biasanya relatif besar

Sekolah Menengah
7 SMP : 50 % reksadana saham, 30% reksadana campuran,   20 % reksadana pendapatan tetap
8 SMP : 40 % reksadana saham, 40% reksadana campuran,   20 % reksadana pendapatan tetap
9 SMP : 30 % reksadana saham, 40% reksadana campuran,   30 % reksadana pendapatan tetap
10 SMA :20 % reksadana saham, 50% reksadana campuran, 30 % reksadana pendapatan tetap
11 SMA :10 % reksadana saham, 60% reksadana campuran, 30 % reksadana pendapatan tetap
12 SMA : 0 % reksadana saham, 70% reksadana campuran,  30 % reksadana pendapatan tetap

pendidikan menengah memerlukan konsentrasi khusus. beban biaya biasanya mulai membengkak. dengan memperbanyak porsi reksadana saham dan reksadana campuran di awal otomatis komposisi portofolio diatas lebih beresiko. jangan khawatir, karena dalam jangka panjang return investasi saham lebih besar bisa mencapai 15-20% pertahun cukup untuk mengcover kenaikan biaya pendidikan plus modal masuk ke perguruan tinggi

Perguruan Tinggi

Tingkat I  :  50% reksadana saham,    50% deposito
Tingkat II  : 40% reksadana saham,   60 % deposito
Tingkat III  : 30 % reksadana saham, 70 % deposito
Tingkat IV  : 20 % reksadana saham, 80 % deposito

berbeda dengan jenjang sebelumnya, karena pada tahap pendidikan menengah investasi kita cenderung agresif kita perlu sedikit mengurangi tensi dengan memperbanyak deposito. mengapa? karena frekuensi pengeluaran pada masa perguruan tinggi paling besar seperti uang transport,kos,buku-buku, seminar dll. alhasil perlu ketersediaan dana setiap saat, untuk kondisi seperti itu deposito lebih cocok ditambah porsinya. kembali

Baca juga : Tips supaya liburan nyaman uang tetap aman

No comments:

Post a Comment