Akhir-akhir ini media berkembang begitu pesatnya. Banyak beredar
di media tentang pemimpin si A akan membangun kereta disana, muncul lagi berita
akan membangun kolam renang raksasa, akan membangun masjid terbang. Padahal semua
itu baru sebatas masterplan, tapi sudah
begitu membanjiri media. Tidak mengherankan
jika ada sebuah media membahas tokoh tertentu media lain ramai-ramai ikut
membahasnya dengan isi yang hampir sama bahkan seringkali disisipi berita tidak
penting misalnya pemimpin A makan
dipinggir jalan, pemimpin A asik naik sepeda , masuk ke kolong jembatan dsb. Berita tersebut ditampilkan berulang-ulang
membentuk citra tertentu bagi tokoh yang diberitakannya tanpa sadar orang pun
terbawa perasaannya hingga menjadi fanatik kepada tokoh tertentu. Melalui media
sesuatu bisa digiring sesuai tujuan, tergantung apa kepentingannya. Disinilah audience
dituntut bisa berpikir jernih bisa membedakan mana berita yang harus diikuti
dan mana yang harus diabaikan
- Media pada perdagangan saham
Senada dengan kasus diatas, pada perdagangan saham pun akan
selalu ada praktek-praktek seperti itu ada ratusan saham di BEI semuanya menuntut
kejelian investor dalam memahami apa yang terjadi pada perusahaan. misalnya perusahaan dikabarkan akan
mendapatkan proyek besar dari pemerintah,
investor asing berminat membeli saham perusahaan, hingga sebuah perusahaan
akan ekpansi membentuk bisnis baru yang lebih menguntungkan. Sama seperti kasus
tadi , memang benar semua berita itu tetapi baru sebatas RENCANA. Beritanya yang tersebar secara massif dan
berulang-ulang akan membuat investor awam percaya dan akhirnya membeli saham
karena dengan memasukkan perhitungan
terbaru terhadap berita tadi maka valuasi saham pun otomatis
berubah. Mereka yang membeli saham
terakhir kali akan rugi jika ternyata berita itu tidak terealisasi. Kadang penyajian berita tidak berimbang,
ketika ada sebuah berita bagus semua media memberitakan bagus-bagusnya saja,
begitu juga ketika ada berita buruk semua berlomba-lomba menjelek-jelekkannya. Para investor saham tahu, seperti itulah
keadaan pasar ketika sebuah saham digoreng. Yaitu keadaan dimana harga saham
melonjak sangat tinggi mengikuti isu yang dihembuskan media. Kenaikkannya akan
berhenti ketika kebenaran isu tsb terbukti.
- Bagaimana saham digoreng
- Bagaimana investor profesional bekerja
Supaya menjadi investor profesional, hendaknya selalu
mengasah ketajaman analisis terhadap suatu berita. Meskipun sebuah berita valid tetapi harus
dicerna lebih dalam apakah berdampak signifkan, kurang atau tidak sama sekali. Begitu
juga apakah dampaknya langsung dirasakan kepada emiten atau baru terjadi suatu
saat nanti. Itulah seninya sebagai
investor saham, tidak ada perhitungan yang akurat 100%, mungkin model matematis
bisa membantu membuat keputusan tapi penentuan estimasinya sangat tergantung
oleh jam terbang investor. investor professional biasanya sudah
memiliki estimasi sendiri terhadap sebuah berita. Misalnya jika kurs rupiah
menembus level tertentu maka saham A, B,
dan C akan turun sekian %. Inflasi mencapai level tertinggi Indeks saham
berpotensi turun sekian point. investor profesional juga hanya fokus kepada sektor yang dikuasainya, tidak mudah bagi investor profesional mengalihkan portofolionya ke sektor lain. Dengan keahlian
mumpuni mereka tidak mudah diombang
ambingkan oleh berita sehingga bisa membuat keputusan obyektif. kembali
Baca juga : Memahami teori ekonomi konsumsi pada perdagangan saham
Baca juga : Memahami teori ekonomi konsumsi pada perdagangan saham
No comments:
Post a Comment