Sunday 20 December 2015

cara memahami pengaruh media terhadap saham

Seputar Uang


Akhir-akhir ini media berkembang begitu pesatnya. Banyak beredar di media tentang pemimpin si A akan membangun kereta disana, muncul lagi berita akan membangun kolam renang raksasa, akan membangun masjid terbang. Padahal semua itu baru sebatas masterplan, tapi  sudah begitu membanjiri media.  Tidak mengherankan jika ada sebuah media membahas tokoh tertentu media lain ramai-ramai ikut membahasnya dengan isi yang hampir sama bahkan seringkali disisipi berita tidak penting  misalnya pemimpin A makan dipinggir jalan, pemimpin A asik naik sepeda , masuk ke kolong jembatan dsb.  Berita tersebut ditampilkan berulang-ulang membentuk citra tertentu bagi tokoh yang diberitakannya tanpa sadar orang pun terbawa perasaannya hingga menjadi fanatik kepada tokoh tertentu. Melalui media sesuatu bisa digiring sesuai tujuan, tergantung apa kepentingannya. Disinilah audience dituntut bisa berpikir jernih bisa membedakan mana berita yang harus diikuti dan mana yang harus diabaikan
  •  Media pada perdagangan saham
Senada dengan kasus diatas, pada perdagangan saham pun akan selalu ada praktek-praktek seperti itu  ada ratusan saham di BEI semuanya menuntut kejelian investor dalam memahami apa yang terjadi pada perusahaan.  misalnya perusahaan dikabarkan akan mendapatkan proyek besar dari pemerintah,  investor asing berminat membeli saham perusahaan, hingga sebuah perusahaan akan ekpansi membentuk bisnis baru yang lebih menguntungkan. Sama seperti kasus tadi , memang benar semua berita itu tetapi baru sebatas RENCANA.  Beritanya yang tersebar secara massif dan berulang-ulang akan membuat investor awam percaya dan akhirnya membeli saham karena dengan memasukkan perhitungan  terbaru terhadap berita tadi maka valuasi saham pun otomatis berubah.  Mereka yang membeli saham terakhir kali akan rugi jika ternyata berita itu tidak terealisasi.  Kadang penyajian berita tidak berimbang, ketika ada sebuah berita bagus semua media memberitakan bagus-bagusnya saja, begitu juga ketika ada berita buruk semua berlomba-lomba menjelek-jelekkannya.  Para investor saham tahu, seperti itulah keadaan pasar ketika sebuah saham digoreng. Yaitu keadaan dimana harga saham melonjak sangat tinggi mengikuti isu yang dihembuskan media. Kenaikkannya akan berhenti ketika kebenaran isu tsb terbukti.  
  •  Bagaimana saham digoreng
 Hal ini akan terus terjadi sampai kapanpun. Otoritas BEI tidak bisa mencampuri berita apa yang akan disampaikan media.   Wewenang BEI hanya melakukan suspensi terhadap saham bila bergerak tidak wajar. Kasus diatas masih termasuk wajar, karena pergerakan saham mengikuti berita yang dihembuskan media, mekanisme pasar berlangsung secara transparan hanya perilaku investorlah yang berbeda.  Bila suatu saham bergerak tiba-tiba tanpa ada berita yang menyertainya barulah dikatakan pergerakan saham tidak wajar. Saham ini menjadi incaran BEI supaya disuspen perdagangannya . BEI akan melakukan klarifikasi terhadap perusahaan atau emiten untuk menjelaskan mengapa harga saham emiten bergerak tidak wajar. Jika terbukti ada informasi yang disembunyikan emiten itu bisa kenai sanksi, namun bila tidak ada informasi yang disembunyikan barulah BEI akan memeriksa broker atau pialang yang mentransaksikan saham guna mengidentifikasi siapa yang mempermainkan harga. Kasus seperti ini harusnya disadari betul oleh investor supaya tidak terjebak pada saham gorengan, terlebih bila tidak ada berita yang mendukung pergerakan saham.
  •  Bagaimana investor profesional bekerja

Supaya menjadi investor profesional, hendaknya selalu mengasah ketajaman analisis terhadap suatu berita. Meskipun sebuah berita valid tetapi harus dicerna lebih dalam apakah berdampak signifkan, kurang atau tidak sama sekali. Begitu juga apakah dampaknya langsung dirasakan kepada emiten atau baru terjadi suatu saat nanti.  Itulah seninya sebagai investor saham, tidak ada perhitungan yang akurat 100%, mungkin model matematis bisa membantu membuat keputusan tapi penentuan estimasinya sangat tergantung oleh jam terbang investor. investor professional biasanya sudah memiliki estimasi sendiri terhadap sebuah berita. Misalnya jika kurs rupiah menembus  level tertentu maka saham A, B, dan C akan turun sekian %. Inflasi mencapai level tertinggi Indeks saham berpotensi turun sekian point. investor profesional juga hanya fokus kepada sektor yang dikuasainya, tidak mudah bagi investor profesional mengalihkan portofolionya ke sektor lain. Dengan keahlian mumpuni  mereka tidak mudah diombang ambingkan oleh berita sehingga bisa membuat keputusan obyektif. kembali

Baca juga : Memahami teori ekonomi konsumsi pada perdagangan saham

No comments:

Post a Comment